Alkisah berguru dengan Aktor legenda Indonesia ; Ibu Christine Hakim.

Ketika mendapatkan informasi bahwa Jakarta film week 2023 akan mengadakan masterclass bersama ibu, jujur saya excited sekali. Belum tentu akan masuk, cuman sudah ada kesempatan untuk mendaftar saja sudah senang bukan main.
Setelah melihat kebutuhan yang diperlukan, seharusnya saya sudah memenuhi kriteria. Tapi ada satu hal yang belum saya buat, yaitu video profile. Akhirnya saya ke studio untuk membuat videonya. Format video saya sangat sama dengan video casting. Di akhir, saya coba akting dengan monolog. Setelah selesai dibuat, saya coba edit agar lebih bagus. Pas saya edit, saya merasa- ‘Kayaknya bukan yang kayak gini deh.’
Besoknya, saya coba lihat lagi video yang kemarin saya buat. Saya yakin bahwa ini bukan yang saya mau. Setelah berkontemplasi lagi, saya beranjak ke studio dan melakukan penggambilkan ulang. Di video itu, saya cerita bahwa saya suka belajar akting dan ibu christine hakim itu aktor indonesia panutan saya. Bahkan supaya terkesan ngobrol, di akhir video saya coba ucapkan ke kamera
‘Ya semoga, apapun yang saya dapatkan bisa saya aplikasikan langsung di pekerjaan saya yaitu (jeda), AKTOR!’
Sembari tertawa dan mengacungkan jempol. Lucu juga pikir saya hahaha. Di Akhir video, saya tambahkan portofolio akting saya yang berbeda. Beberapa hari berlalu, tiba-tiba teman saya memberi pesan ke saya,
‘ Dan katanya yang masuk masterclass akan di email. Lu di email gak?’
Karena tidak ada notifikasi, saya pikir — ‘Kayaknya gagal deh’. Tapi saya masih penasaran, hingga saat saya buka email.
Jeng-jeng. Saya masuk. LUAR BIASA.
Saya joget-joget kegirangan bukan main. Segera saya coba konfirmasi untuk mengatakan bahwa saya siap untuk hadir disana. Senang sekali rasanya dapat kesempatan itu. Akhirnya beberapa hari berlalu dan secara resmi, nama saya terpampang di sosial media JFW2023 sebagai salah satu peserta.

‘Jadi gue beneran masuk ya’ pikir saya seiringan dengan postingan itu diunggah. Saya lalu memberitahu semua orang yang saya kenal bahwa saya masuk dalam list itu. Tak sabar rasanya ketika mengetahui bahwa saya akan belajar dan diskusi bersama dengan ibu.
Setelah saya tahu saya masuk, saya hubungi pasangan saya untuk meminta bantuannya. Saya pikir, ini kesempatan langka, jadi harus dimaksimalkan. Saya meminta tolong kepada dia untuk menggambarkan portrait dari ibu. Supaya beliau ingat saya, dan saya juga bisa kasih sesuatu ke ibu sebagai kenang-kenangan.
Setelah menunggu beberapa lama, hari yang ditunggu pun tiba. Kami melakukan masterclass di teater populer di jakarta. Kurang lebih 1 jam perjalanan dari tempat tinggal saya. Selama perjalanan, saya deg-degan sekali. Excited iya, panik iya, bahagia iya, takut juga iya. Semuanya campur aduk.
Sesampainya disana, saya disambut beberapa teman-teman yang juga ikut terpilih di acara ini. Hampir kebanyakan saya sudah kenal, jadi rasanya senang sekali bisa berproses bersama mereka.Ketika bertegur sapa dengan rekan-rekan, sepertinya bukan hanya saya yang punya pendapat sama. Kami, hampir semuanya menggunakan baju hitam. Yap, betul baju latihan. Lucu sekali rasanya. Bahkan saya ketika bercakap dengan teman saya sampai berkata, ‘Karena waktunya lama, mungkin kita akan ada pentas malamnya’. Rekan-rekan saya panik, saya yang bercakap juga panik hahaha.

Setelah itu, kami diajak ke tengah untuk membentuk setengah lingkaran, mengitari panggung disana. Di depan panggung sudah ada mbak putri ayudia (Moderator) dan ibu Christine Hakim. Di Samping panggung, duduk dengan tenang, pakde Slamet Raharjo.

Lalu, acara pun dimulai. Mbak putri memperkenalkan sedikit tentang ibu Christine Hakim, beliau juga menjelaskan konsep dari acara ini. Setelah itu, beliau kemudian bertanya kepada ibu bagaimana beliau berproses selama ini.
Ibu Christine Hakim kemudian menjelaskan dengan seksama dengan detail bagaimana pandangan beliau terhadap akting. Beliau menjelaskan bahwa kunci utama dalam akting itu, fokus dan konsentrasi. Beliau kemudian menjelaskan pengalaman yang ia pernah lalui dan betapa susahnya menjalin konsentrasi ketika di tempat syuting dan ketika berakting.
Beliau selalu senang belajar, jadi setiap yang beliau lakukan adalah pembelajaran untuk kehidupannya. Begitupun sebaliknya. Beliau bercerita, ia tidak memakai teknik atau metode akting luar dikarenakan ia merasa bahwa yang cocok dengan dirinya ialah memahami karakter secara spiritual. Dan jika ada pertanyaan yang tidak bisa dijawab oleh sutradara/penulis, beliau selalu menyerahkannya kepada tuhan.

Saya terkagum-kagum mendengarkan setiap tutur kata dari pengalaman beliau. Dari pengalaman tjoet nyak dien yang harus terhenti produksi hingga bagaimana rasanya melakukan produksi dengan tim hollywood.
Selain konsentrasi dan fokus, Ibu juga menjelaskan bahwa aktor harus disiplin, kerja keras, dan mau susah untuk menjadi aktor. Karena beliau sadar, bahwa menjadi aktor mempunyai tuntutan yang besar. Beliau juga menegaskan bahwa,
‘Aktor yang baik adalah manusia, bukan bintang’
Beliau kemudian juga menjelaskan bahwa setidaknya ada 3 hal yang harus aktor punyai,
1. Aktor harus punya kepribadian yang kuat.
2. Aktor harus punya karakter (peran) yang kuat.
3. Aktor harus punya keimanan yang kuat.
Setelah berbicara panjang, ibu christine kemudian mengajak pakde slamet untuk ikut berbicara dan berdiskusi. Kesempatan langka ini membuat saya girang bukan main.

Pakde slamet kemudian memberikan perspektifnya tentang akting. Beliau menjelaskan bahwa aktor itu ya, instrumennya tubuh. Diri kita sendiri. Jadi seni yang mengandalkan apa yang sudah kita punya. Tidak hanya itu, beliau kemudian menekankan bahwa aktor itu harus rendah diri. Karena rendah diri membuat aktor mau belajar dan tetap mau coba sesuatu yang baru untuk dirinya. Salah satu kutipan yang sempat ia bahas ialah,
‘Film create an image, not only telling a story’
Sembari menjelaskan tentang perbedaan akting di panggung dan film. Bagaimana perbedaan itu harus diketahui aktor seperti halnya seorang aktor harus tau apa mau sang sutradara dan bagaimana mata seorang aktor itu tidak boleh berbohong.

Setelah kurang lebih 2 jam-an berdiskusi, mbak putri mempersilahkan kami para peserta untuk bertanya. Dan seperti biasanya, saya yang bertanya pertama (Selalu senang jadi penanya pertama hehe).
Pertanyaan saya ada dua waktu itu (walaupun sebenarnya ada 5 hehe),
- Menambahkan pertanyaan mbak putri (re: Mbak putri bertanya tips casting) , Bagaimana cara ibu membuat nyaman kondisi, ketika situasinya membuat tidak nyaman?
- Adakah tips untuk menghafal naskah panjang?

Ibu kemudian menjawab pertanyaan saya, Lucunya ialah, beliau kemudian menjelaskan bahwa sepanjang sejarah aktingnya ia hanya dua kali casting. Dan keduanya untuk produksi hollywood, yaitu eat,pray,love dan the last of us. Dalam benak saya, ‘Maestro memang beda’ hahaha.
Beliau kemudian menjelaskan dengan panjang pengalamannya, yang kemudian juga bersinggungan dengan pertanyaan saya. Intinya ketika kita tidak nyaman, semua harus dibangun dengan chemistry. Buat nyaman dengan orang sekitar sebelum bekerja panjang dengan mereka. Bisa mengajak olahraga bersama atau membahas naskah secara bersama-sama. Beliau juga menekankan pentingnya profesionalisme. Bahwa sedarinya, kita bekerja bukan untuk bermain-main. Dan setiap adegan, kita harus perform sesuai dengan kebutuhan cerita.
Setelah itu beliau menjawab pertanyaan saya tentang menghafal naskah dibantu dengan tanggapan dari pakde slamet. Ibu menggunakan teknik menghafal dengan poin dan inti dari dialog. Jadi dengan poin tersebut, kita akan faham dialog.
‘Jangan cuman stabilo karakter kamu doang ‘— Ujar pakde slamet raharjo
Bahwa sejatinya untuk menghafal naskah yang baik itu memahami dialog secara baik dan terperinci. Mereka berdua juga menjelaskan untuk jangan bawa script ke set dan setidaknya ketika big reading sudah bawa bekal bedah karakter.

Diskusi kemudian berlanjut dengan antusias kami para peserta. Setelah berdiskusi panjang, kami makan malam bersama, sembari diskusi lagi dengan ibu christine dan pakde. Namun kali ini lebih santai karena dibarengi dengan makan malam.
Semua pertanyaan dari kami dijawab dengan sabar dan baik oleh ibu. Tanpa kita sadari, sudah total 6 jam kami berbicara dan berdiskusi bersama. Waktu menjadi terasa sangat cepat ketika mendengarkan semua pengalaman ibu dan pakde.
Sebelum menutup acara, mbak putri menanyakan kembali kepada kami jika ingin bertanya. Lalu saya, karena penasaran, saya bertanya kembali.
‘ Ibu christine dan pakde slamet, Sebenarnya aku mau bertanya, gimana caranya untuk kita sebagai aktor yang muda ini untuk coba naik level ke tingkat yang lebih tinggi. Misalnya seperti dari gimana caranya orang yang dari film pendek ke film panjang atau yang dari pemeran supporting ke pemeran utama?’
Pakde slamet dan ibu christine sependapat bahwa kita hanya perlu fokus dengan apa yang ada di depan kita sekarang. Karena tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi kedepannya, contohnya orang orang yang bekerja bersamamu di film pendek bisa saja akan menjadi orang-orang yang bekerja bersamamu di film panjang. Begitupun dengan perihal menjadi karakter utama dan karakter pendukung.
Mbak putri kemudian menutup perbincangan dan diskusi kita malam itu. Beberapa dari kami kemudian berdiri & berbincang satu sama lain. Disaat kami berbincang, tiba-tiba ibu datang menghampiri kami. Sejatinya, beliau memberitahukan kepada kami,
‘Jika tuhan mengizinkan, semuanya akan ada jalannya.’
Mendengarkan kata-kata itu, beberapa dari kami menangis. Mungkin ibu paham bahwa untuk kami yang masih berjuang, kami masih harus bersabar karena perjalanan kami masih panjang.
Kami kemudian bergantian berfoto bersama ibu christine dan pakde slamet. Puji tuhan, saat berfoto (dalam keadaan gemetar) saya memberikan ilustrasi pasangan saya ke ibu. Beliau tampak sangat senang melihatnya. Lucunya, karena sangking groginya, saya lupa meminta tanda-tangan beliau. Akhirnya saya menunggu ibu christine hingga mengganti bajunya dan meminta tanda-tangan beliau. Dengan baik hati dan ramah beliau kabulkan permintaan saya. Saya menjadi orang yang paling bahagia hari itu.

Ada satu kalimat yang cukup menempel di kepala saya ketika kita berdiskusi hari itu, Kalimat yang menjadi panutan semua aktor agar tidak berkecil hati,